RSS

App Review: Riliv - Curhat Dengan Psikolog


Assalamualaikum blogger bro dan sista :)

Kali ini jarak antara posting sebelumnya ke yang ini tidak sejauh sebelumnya ya? :'D
Alhamdulillah kali ini aku sedang luang dan ada bahan untuk berbagi hehe

Sebenarnya ini sudah lama banget juga, tapi baru kepikiran buat nulisnya sekarang. Jadi waktu itu saya iseng muter-muter Playstore dan bertemu dengan app yang namanya Riliv. Ini logonya aku ambil dari web Playstore:


Saya kemudian tertarik dengan aplikasi ini dikarenakan deskripsinya yang menawarkan sebagai tempat curhat, dan karena nama aplikasinya yang unik. Setelah baca-baca review pengguna dan kepo lebih lanjut, ternyata di aplikasi ini curhatan kita bukan serta merta dianggurin tetapi ditargetkan buat dapet semacam support supaya yang curhat bisa Riliv aka "relieve" gitu. 

Aplikasi model begini ternyata memang kenal sangat karakteristik penggunanya yang menghindari publikasi identitas asli dan bisa curhat dengan sesuka hati. User bebas menentukan nickname dan avatar mereka masing-masing. Toh kalau user gak keberatan di publish identitasnya, doi nggak bakal repot-repot download aplikasi baru kan, cukup berkoar di media sosial pada umumnya saja :p

Nah, kemudian saya mulai menjajaki fiturnya. Intinya disini kita bisa bercerita tentang problema, kisah tertentu atau hal lainnya (yang jelas dalam bahasa yang baik dan no SARA ya!)  pada halaman yang mirip seperti halaman Compose new mail nya Gmail. Ada tab "To:", "About", "Title" dan bagian untuk body text curhatanmu. Nanti deh aku screenshotin ya ;)

By the way, tenang aja. Gak kayak Twitter, Riliv ngasih kamu credit hingga 7000 karakter buat ditulis baik di body text maupun title nya. Untuk tab "about" itu bisa di scroll down pilihannya, field curhatan kamu apakah tentang cinta, karir, personaliti, keluarga atau pendidikan. 

Buat tab "to", ada 3 pilihan. Bisa ditujukan ke community, reliever biasa atau reliever expert gitu. (2 kategori terakhir saya agak lupa karena gak coba). Aku coba yang ke community, kalau yang ini sebenarnya hampir sama kayak beranda Facebook gitu. Curhatan kamu bisa ditanggapi oleh user Riliv lainnya yang bukan reliever nya Riliv. 

FYI relievernya Riliv adalah semacam "admin" yang bertugas men-support curhatan kamu. Tapi kan yang curhat banyak banget ya, gak mungkin kayaknya si admin balesin satu-satu banget. Si admin kan juga punya kehidupan pribadi ya nggak? Huehehe. Bytheway lagi, Riliv menegaskan bahwa admin reliever mereka adalah "volunteer" (atau magang? atau freelance? gak tau juga nyebutnya apa huhu) mahasiswa psikologi.

Lalu laluuu, 2 kategori tujuan curhatan lainnya yang reliever dan expert reliever itu, kalau mau nanya harus pakai diamonds (iconnya bentuknya begitu sih.....) yang aku gatau cara dapatnya gimana mungkin harus bayar pake metode tertentu dulu. Yang bikin aku kagum, identitas reliever mereka disini di-publish jelas banget. Nama dan fotonya terpampang jelas. Ohiya kalau para reliever mereka adalah psikolog ya! :D

Balik lagi scroll down "beranda" aplikasi ini, aku mutusin buat komen alias "give support" kalo versinya Riliv. Pas mau komen aku dapat peringatan bahwa dilarang keras "membuat down" si curhater dan nanti dia bakal bisa ngerating support aku. 1 jika dia ngerasa di-bully sampai 5 kalau dia ngerasa kebantu banget.

Gak lama kemudian aku dapat notif, ternyata si curhater nge-rating support aku bintang 5 dan membalas "komentar" alias support-ku. Aku jadi dapat semacam reward progress naik level gitu dari Riliv. 

Well, ada perasaan senang waktu aku tau si curhater ngerasa terbantu sama support aku. Apa aku daftar aja jadi relievernya Riliv ya? :p

Sebelumnya aku sudah pernah coba aplikasi anonim lainnya yang memang sempat trend seperti Secret. Tapi karena gak difilter dan terkoneksi ke Facebook, feeds yang beredar malah jadi kurang sedap dibaca oleh mata. 

Overall aku suka sama aplikasi ini, selain karena kegunaannya yang "terobosan baru", tampilannya juga bagus. Aku suka ide mempertemukan para curhaters dengan psikolog ini. Menurut beberapa kali pengamatanku (punya teman berbagi kasur tingkat dengan anak psikologi membuatku menjadi pengamat yang baik dari banyak veritanya *thumbs up*) seringkali para curhaters ini memang pengen curhat ke psikolog, tapi banyak kendalanya. 

Mulai dari malu, gak punya waktu buat datang ke kantornya si psikolog, sampai fee-nya yang mahal. Dengan aplikasi ini paling nggak, pembatas-pembatas tersebut udah gak ada kan, hanya tinggal sekali klik. (halah bahasamu kayak iklan aja toh mi). 

Satu hal yang perlu perbaikan dari Riliv adalah, push notification yang masuk gak ada keterangannya. Jadi hanya logo Riliv dan disampingnya kosong. Ketika masih jadi running text di sudut atas memang ada keterangan seperti "curhater A memberi rating support kamu" tapi kemudian di scroll down ke bawah kosong saja begitu. 

Bytheway postingan ini murni #review loh ya, tidak ada sisi endorse or paid promote ala instagram :p
Aku sama sekali gak kenal orang-orang pembuat Riliv ini dan benar-benar baru tau app ini waktu ngider di Playstore. Pas googling logo Riliv buat postingan ini juga aku baru tau kalau app ini asli #madeinIndonesia dan sepertinya merupakan hasil karya mahasiswa suatu universitas negeri. #proud


Mungkin sekian dulu kali ini, sampai ketemu di kunjungan kamu yang berikutnya ;)



7 komentar:

Adhistya Febriani mengatakan...

Haloooo Tami.. Saya Adhis, saya juga pengguna Riliv tapi baru akhir-akhir ini aja. Dirimu ternyata sudah lebih dulu menggunakannya hehe..

saya ada posting tentang Riliv juga, boleh dibaca dan tinggalkan komentar kah?

:)
https://adhistyafdj.com/2018/11/15/riliv-review/

Anonim mengatakan...

Yang masalah dari Riliv, mereka merekrut orang tanpa dasar pendidikan psikologi. Itu yang membuat saya mengurungkan niat untuk konsultasi disana, ada beberapa cerita rekan saya, mereka malah dihina, dan dihakimi dengan bahasa tidak pantas.

Seharusnya aplikasi ini HANYA menghire orang lulusan S2 Psikologi. Masalah psikologi itu crucial, salah memberikan saran, atau malah menjudge, orang bisa jadi lebih down dan malah ngerinya berpikir macam2.

Kebetulan adik saya lulusan S1 Psikologi, dia saja tidak berani menerima konsultasi, karena tidak memiliki ilmu dan license. Kenapa bisa Riliv yang notabenenya "spesialis" psikologi, percaya ke orang yang bukan lulusan S1? Harganya termasuk mahal kalau ujungnya kita cuma judge.

Lebih baik langsung ke klinik psikologi yang jelas perusahaan terdaftar dengan alamat yang jelas, biasanya mereka menyediakan layanan phone-call dengan harga yang ngga jauh beda.

Anonim mengatakan...

mau nanya kak, apa begitu buat akun di riliv langsung kena fee? atau kena fee nya waktu pilih curhat ke expertise nya saja?

cat mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
cat mengatakan...

Sekarang sudah tidak seperti itu kok kak, itu hanya awal2 saja. Mungkin semacam trial saat aplikasinya baru dibuat. Saya berani bilang seperti ini karena saya penggunanya, dan kebetulan saya kenal dgn beberapa pekerja di sama ^^

cat mengatakan...

Waktu mau ambil sesi untuk curhat saja

Unknown mengatakan...

Kak saya mau tanya kalo mau konseling disini bisa milih mau orang yang mana begitu. Apakah bisa?

Copyright 2009 It's My World, My Room, and My Shout. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy