"Iya iya, sebentar" Arika menaruh tas sekolahnya di salah satu bangku deretan terdepan terlebih dahulu, lalu menuju bangku Karina. Mengajarinya matematika.
Tidak lama kemudian...
"Eeng, Arika. Maaf mengganggu, tapi tas kamu ada di bangku aku" sebuah suara menegur Arika.
Tersentak, Arika menengadahkan kepalanya, mendapati seorang anak perempuan bertubuh besar berdiri di hadapannya. Hanum.
"Oh, iya ya? tapi aku maunya duduk disana. kita tukeran tempat duduk aja ya? sehari ini aja kok. Habis kalo dibelakang kamu nanti gak keliatan" Jawabnya Arika dengan senyum di wajahnya. Memohon.
"Oh gitu, yaudah, hari ini aja kan ya?"
***
Bel tanda istirhat telah berbunyi. Tak lama kemudian Hanum tengah berada di perpustakaan.
"Ah, hari ini panas sekali" gumamnya sambil mengipasi diri dengan telapak tangannya. Tak lama duduk membaca sebuah buku, ia jatuh dalam lamunanya.
Bagaimana ini? Mengapa nilaiku terus menerus jatuh? Apakah aku sebodoh itu? Bagaimana ini? Minta bantuan teman? Teman yang mana? Aku kan tak punya teman. Tanya pada Ayah atau Ibu? Ah mereka kan sedang jauh di Wina sana. Lagipula apa yang harus aku katakan pada mereka mengenai nilai-nilaiku?
Ah sepi sekali, di rumah tak ada Ayah dan Ibu, disini pun tidak ada teman.
Aku rindu teman-teman di panti asuhanku dulu. Aku rindu Bu Rahmi. Aku rindu Joey.
Di sekolah ini, aku tidak punya teman. Meskipun sekolahnya sangat bagus, tapi aku kesepian.
Tidak ada yang mau berteman denganku saat mereka mengetahui bahwa aku adalah anak angkat.
Bukannya aku tidak bersyukur telah diangkat oleh keluarga Harsatama. Tentu saja aku sangat bersyukur. Dilimpahi kehangatan kasih sayang dari mereka, meski acapkali mereka harus terbang jauh demi mengurus bisnis.
Tapi, jika nilaiku terus menerus jelek begini. Bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Aku akan menjadi anak yang tidak baik.
0 komentar:
Posting Komentar